Tampilkan postingan dengan label Salam. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Salam. Tampilkan semua postingan

Rabu, 14 Januari 2009

Tanaman Obat Salam (Syzygium polyanthum)

Syzygium polyanthum (Wight.) Walp.
Sinonim :
= Eugenia polyantha, Wight. = E. lucidula, Miq.

Familia :
Myrtaceae

Penyakit Yang Dapat Diobati :
Diare, Maag, Kencing manis, Mabuk akibat alkohol;

Uraian :
Salam tumbuh liar di hutan dan pegunungan, atau ditanam di pekarangan dan sekitar rumah. Tanaman ini dapat ditemukan dari dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian 1,800 m dpi. Pohon bertajuk rimbun, tinggi mencapai 25 m, berakar tunggang, batang bulat, permukaan licin. Daun tunggal, letak berhadapan, bertangkai yang panjangnya 0,5-1 cm. Helaian daun bentuknya lonjong sampai elips atau bundar telur sungsang, ujung meruncing, pangkal runcing, tepi rata, panjang 5-15 cm, lebar 3-8 cm, pertulangan menyirip, permukaan atas licin berwarna hijau tua, permukaan bawah warnanya hijau muda. Daun bila diremas berbau harum. Bunganya bunga majemuk tersusun dalam malai yang keluar dari ujung ranting, warnanya putih, baunya harum. Buahnya buah buni, bulat, diameter 8-9 mm, warnanya bila muda hijau, setelah masak menjadi merah gelap, rasanya agak sepat. Biji bulat, penampang sekitar 1 cm, warnanya coklat. Salam ditanam untuk diambil daunnya sebagai pelengkap bumbu dapur, kulit pohonnya dipakai sebagai bahan pewarna jala atau anyaman bambu. Perbanyakan dengan biji, cangkok atau stek.


Nama Lokal :
Gowok, (Sunda), manting (Jawa), kastolam (Kangean); Meselangan, ubar serai (Melayu),; Salam (Indonesia, Sunda, Jawa, Madura);

BAGIAN YANG DIPAKAI: Daun, kulit batang, akar dan buah.

KEGUNAAN:
- Diare.
- Sakit maag (gastritis).
- Kencing manis.
- Mabuk akibat alkohol.

PEMAKAIAN:
Untuk minum: 7-20 lembar daun, direbus.
Pemakaian luar: Kulit batang, daun atau akar setelah dicuci bersih digiling halus sampai seperti bubur. Digunakan untuk pemakaian setempat pada infeksi kulit seperti kudis dan gatal-gatal.

CARA PEMAKAIAN:
1. Diare:

15 g daun dicuci bersih lalu direbus dengan 1 gelas air bersih selama
15 menit. Tambahkan sedikit garam. Setelah dingin disaring lalu
diminum.

2. Kencing manis:
7 lembar daun salam dicuci bersih lalu direbus dengan 3 gelas air
bersih sampal tersisa 1 gelas. Setelah dingin disaring, dibagi untuk
2 kali minum.

3. Sakit maag:
15-20 lembar daun dicuci bersih, rebus dengan 1/2 liter air sampai
mendidih. Tambahkan gula merah secukupnya. Minum sebagai teh
setiap hari, sampai rasa penuh dan perih di lambung menghilang.

4. Mabuk akibat alkohol:
1 genggam buah salam yang sudah masak dicuci bersih lalu ditumbuk
sampai halus. Peras dan saring, lalu diminum.

5. Kudis, Gatal
Daun atau kulit batang atau akar, dicuci bersih lalu digiling halus
sampai menjadi adonan seperti bubur. Balurkan ketempat yang sakit.

Komposisi :
SIFAT KIMIAW] DAN EFEK FARMAKOLOGIS: Daun: Rasa kelat, wangi. Adstringen. KANDUNGAN KIMIA: Minyak atsiri (0,05 %) mengandung sitral dan eugenol, tanin dan flavonoida.

Sumber Iptek Net



Tags : Bay leaf, diare, Kencing Manis, kudis, maag, mabuk alkohol, Salam, Serai, Tanaman OBAT
Read More..

Salam (Syzygium polyanthum)

Salam
Daun dan bunga salam

Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Myrtales
Famili: Myrtaceae
Genus: Syzygium
Spesies: S. polyanthum

Nama binomial
Syzygium polyanthum
(Wight) Walpers

Salam adalah nama pohon penghasil daun rempah yang digunakan dalam masakan Nusantara. Tumbuhan ini juga dikenal dengan nama-nama lain seperti ubar serai, meselangan (Sum.), samak, kelat samak, serah (Mal.), dan manting (Jw.). Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Indonesian bay-leaf atau Indonesian laurel, sedangkan nama ilmiahnya adalah Syzygium polyanthum. [1]

Pemerian botanis
Pohon berukuran sedang, mencapai tinggi 30 m dan gemang 60 cm. Pepagan (kulit batang) berwarna coklat abu-abu, memecah atau bersisik.

Daun tunggal terletak berhadapan, dengan tangkai hingga 12 mm. Helai daun berbentuk jorong-lonjong, jorong sempit atau lanset, 5-16 x 2,5-7 cm, gundul, dengan 6-11 urat daun sekunder, dan sejalur urat daun intramarginal nampak jelas dekat tepi helaian, berbintik kelenjar minyak yang sangat halus.

Karangan bunga berupa malai dengan banyak kuntum bunga, 2-8 cm, muncul di bawah daun atau terkadang pada ketiak. Bunga kecil-kecil, duduk, berbau harum, berbilangan-4; kelopak seperti mangkuk, panjangnya sekitar 4 mm; mahkota lepas-lepas, putih, 2,5-3,5 mm; benang sari banyak, lk. 3 mm, terkumpul dalam 4 kelompok, lekas rontok; piringan tengah agak persegi, jingga kekuningan. Buah buni membulat atau agak tertekan, 12 mm, bermahkota keping kelopak, berwarna merah sampai ungu kehitaman apabila masak.

Kegunaan
Daun salam digunakan terutama sebagai rempah pengharum masakan di sejumlah negeri di Asia Tenggara, baik untuk masakan daging, ikan, sayur mayur, maupun nasi. Daun ini dicampurkan dalam keadaan utuh, kering atau pun segar, dan turut dimasak hingga makanan tersebut matang. [2] Rempah ini memberikan aroma herba yang khas namun tidak keras. Di pasar dan di dapur, salam kerap dipasangkan dengan laos alias lengkuas.

Kayunya berwarna coklat jingga kemerahan dan berkualitas menengah. Kayu yang tergolong ke dalam kayu kelat (nama perdagangan) ini dapat dipergunakan sebagai bahan bangunan dan perabot rumah tangga. Kulit batang salam mengandung tanin, kerap dimanfaatkan sebagai ubar (untuk mewarnai dan mengawetkan) jala, bahan anyaman dari bambu dan lain-lain. Kulit batang dan daun salam biasa digunakan sebagai bahan ramuan tradisional untuk menyembuhkan sakit perut. Buah salam dimakan orang juga, meski hanya anak-anak yang menyukainya.[1]

Daun salam kering mengandung sekitar 0,17% minyak esensial, dengan komponen penting eugenol dan metil kavikol (methyl chavicol) di dalamnya. Ekstrak etanol dari daun menunjukkan efek antijamur dan antibakteri, sedangkan ekstrak metanolnya merupakan anticacing, khususnya pada nematoda kayu pinus Bursaphelenchus xylophilus. [2]

Ekologi dan budidaya
Salam menyebar di Asia Tenggara, mulai dari Burma, Indocina, Thailand, Semenanjung Malaya, Sumatra, Kalimantan dan Jawa. Pohon ini ditemukan tumbuh liar di hutan-hutan primer dan sekunder, mulai dari tepi pantai hingga ketinggian 1.000 m (di Jawa), 1.200 m (di Sabah) dan 1.300 m dpl (di Thailand); kebanyakan merupakan pohon penyusun tajuk bawah. [2] Di samping itu salam ditanam di kebun-kebun pekarangan dan lahan-lahan wanatani yang lain, terutama untuk diambil daunnya. Daun salam liar hampir tak pernah dipergunakan dalam masakan, selain karena baunya sedikit berbeda dan kurang harum, salam liar juga menimbulkan rasa agak pahit.

Salam berbunga dan berbuah hampir di sepanjang tahun. Pohon ini mudah diperbanyak dengan biji atau setek.

Rujukan
^ a b Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia, jil. 3. Yay. Sarana Wana Jaya, Jakarta. Hal. 1521.
^ a b c de Guzman, C.C. and J.S. Siemonsma (eds.). 1999. Plant Resources of South_East Asia 13: Spices. PROSEA. Bogor. ISBN 979-8316-34-7. pp. 218-219.
Sumber wikipedia.org

Tags : Bay leaf, Salam, Serai, Tanaman OBAT
Read More..

Bay leaf

Bay leaf (plural bay leaves), Greek Daphni, Romanian Foi de Dafin, Portuguese Louro; is the aromatic leaf of several species of the Laurel family (Lauraceae). Fresh or dried bay leaves are used in cooking for their distinctive flavor and fragrance.

Laurus nobilis
Bay leaf is a culinary herb often used to flavor soups, stews, and braises and pâtés in Mediterranean Cuisine. The fresh leaves are very mild and do not develop their full flavor until several weeks after picking and drying.
California bay leaf
The leaf of the California bay tree (Umbellularia californica), also known as 'California laurel', 'Oregon myrtle', and 'pepperwood', is similar to the Mediterranean bay but has a stronger flavor.
"Indian bay leaf" (also tej pat, tejpat, tejpata तेजपत्ता or Tamalpatra तमालपत्र)
The leaf of the Cinnamomum tejpata (malabathrum) tree is similar in fragrance and taste to cinnamon bark, but milder. In appearance, it is similar to the other bay leaves but is culinarily quite different, having an aroma and flavor more similar to that of Cassia. It is inaccurately called a bay leaf as it is of a different genus (though the same family) as the bay laurel.
"Indonesian bay leaf" or "Indonesian laurel" (salam leaf)
The leaf of Syzygium polyanthum. Used mostly in dry form although the fresh one gives the "right" flavor. The leaf used in certain soups or steamed preparations. Like Indian bay leaf, it is also an inaccurate name because, unlike bay leaf, the plant belongs to Myrtaceae.

Taste and aroma
If eaten whole, bay leaves are pungent and have a sharp, bitter taste. The flavor of the California bay leaf is a bit more intense and bitter than the Grecian variety. As with many spices and flavorings, the fragrance of the bay leaf is more noticeable in cooked foods than the taste. When dried, the fragrance is herbal, slightly floral, and somewhat similar to oregano and thyme. Myrcene, which is a component of many essential oils used in perfumery, can be extracted from the bay leaf. The flavor and aroma of bay leaves owes in large part to the essential oil eugenol.

Culinary use
Bay leaves are a fixture in the cooking of many European cuisines (particularly those of the Mediterranean), as well as in North America. They are used in soups, stews, meat, seafood and vegetable dishes. The leaves also flavor classic French dishes such as bouillabaisse and bouillon. The leaves are most often used whole (sometimes in a bouquet garni), and removed before serving. In Indian and Pakistani cuisine bay leaves are often used in biryani and many salads. In Japan too it has a long history as a herbal ingredient.

Bay leaves can also be crushed (or ground) before cooking. Crushed bay leaves impart more of their desired fragrance than whole leaves, and there is less chance of biting into a leaf directly.

History/Region of Origin
Ancient Greeks and Romans crowned victors with wreaths of laurel. The term "baccalaureate," meaning laurel berry, refers to the ancient practice of honoring scholars and poets with garlands from the bay laurel tree. Romans felt the leaves protected them against thunder and the plague. Later, Italians and the English believed bay leaves brought good luck and warded off evil. The given name and surname "Laurence" is derived from the Roman name for the plant and the honorary practices using its boughs of leaves and berries. Other versions of the name are "Lawrence", "Loritz", "Laritz" and the Hungarian "Lorinc." In Scandinavian languages "Laurence" became the common "Lars", and the Finnish equivalent is "Lauri". Also "Lourenço" in Portuguese, "Laurent" in French and "Lorenzo" in Italian.

Facts
Mountain laurel leaves are poisonous to certain livestock and are not sold anywhere as a culinary herb (Britannica). This has led to the mistaken belief that bay leaves should be removed from food after cooking because they might poison humans. Bay leaves are safe to eat. However, a person may accidentally swallow a leaf; and since the leaves remain stiff, even after several hours of cooking, it may cause general injuries in the throat.

Bay leaves are used scattered in pantries to repel meal moths.[1]

Cultivation
Gardeners in frost-free or light frost areas will find that Bay Laurel seedlings planted in the ground willingly grow into large trees, 38 feet and taller; but when kept pruned the Bay Laurel tree can thrive as a small bush. Bay Laurel can also be grown in a containers, the size of which limits the ultimate size of the trees. New plants are often started via layering, or from cuttings, since growing from seed can be difficult.

Bay trees are difficult to start from seed, due in part to the seed's low germination rate, and long germination period. Fresh seeds with the pericarp removed typically have a 40% germination rate, while dried seeds and/or seeds with an intact pericarp have yet lower germination rates. In addition, the Bay Laurel seed germination period can be 50 days or more, which increases the risk of the seeds rotting before they germinate. Treating the seeds with gibberellic acid can be useful in increasing seed yield, as is careful monitoring of moisture levels in the rooting media.

Source : http://en.wikipedia.org/wiki/Bay_leaf

Tags : Bay leaf, Salam, Serai, Tanaman OBAT
Read More..